Hal yang paling sulit dipahami oleh orang awam tentang
Bitcoin (maupun cryptocurrency lainnya) adalah ketiadaan wujudnya. Katanya
Bitcoin itu termasuk mata uang yang bisa digunakan sebagai alat pembayaran,
seperti Dollar atau Rupiah, tapi kok tidak ada dalam bentuk uang kertas maupun
uang logam? Jadi ketika memiliki sejumlah Bitcoin, Anda hanya bisa melihat
saldonya pada 'dompet' yang digunakan. Sulit untuk dipahami, tapi itulah yang
namanya TEKNOLOGI.
Sama halnya ketika teknologi email atau surat elektronik
diperkenalkan. Banyak orang yang sulit membayangkan bahwa kita bisa mengirim
surat tanpa menulisnya di secarik kertas. Beragam pertanyaan aneh pun muncul di
dalam benak orang-orang awam teknologi saat itu.
Masa sih nulis surat di layar monitor? Terus bagaimana cara
memasukkan layar tersebut ke dalam amplop? Harus ditempel perangko yang
harganya berapa? Kasihan banget pak pos harus nganterin banyak monitor setiap
hari...
Sekarang ini kita melihat pertanyaan-pertanyaan tersebut
sangatlah konyol. Tapi belasan tahun yang lalu banyak yang membayangkan seperti
itu. Meskipun email tidak ditulis di atas kertas, tapi itu tetaplah surat.
Karena esensi mendasar dari sebuah surat terletak pada PESANNYA, dan bukan pada
KERTASNYA. Teknologilah yang mampu menghilangkan peranan kertas, perangko,
kantor pos, dan tukang pos di dalam berkirim surat.
Begitu pula dengan uang. Esensi sebuah uang adalah pada
NILAI TUKARNYA, dan bukan pada WUJUD KERTASNYA. Jika Anda dipersilahkan memilih
antara 1 Bitcoin yang tidak berwujud atau segepok uang kertas monopoli... Mana
yang akan Anda pilih? Kalau saya sudah jelas lebih menyukai 1 Bitcoin yang
tidak memiliki wujud. Karena pada saat tulisan ini dibuat, saya bisa dengan
mudah menukar 1 Bitcoin menjadi sembilan puluh juta rupiah.
Oleh:
Felix Lukman
Founder Cryptoholix.com